Momentum Sukses Kompetisi Panjat Dinding Dewadaru dan Ironi, di Tebangnya Climbing Wall Kami

Rudi Kurniawan

MELAWAN LUPA | Emosional, barangkali situasi itulah yang terasa ketika ada niatan mengupas kembali kesuksesan dan gairah kegiatan Kompetisi Panjat Dinding Dewadaru (Kpdd 1 dan 2). Betapa tidak, mengurai kompetisi ini, mau tidak mau wacana pembongkaran salah satu property kebanggaan Dewadaru, dan mestinya juga sekaligus kebanggaan Kampus Stmik “Amik Bandung” itu jadi wajib juga dibahas kembali runtutan kejadiannya. Apa penyebab dan keganjilan di “tebang”nya itu semua. Agar artikel ini berimbang, memang memerlukan kesabaran dan waktu agak sedikit lama dan ternyata tidak mudah untuk mengkonfirmasi satu persatu pelaku sejarah pada waktu itu. Hampir semua anggota Dewadaru dimintai keterangannya, Panitia yang terlibat, Kontraktor yang membangun papan panjat tersebut dan tentu yang terhormat Para regulator di Lembaga Kampus. Dari inisiator peubuhan sampai eksekutor lapangannya. Bagi saya ada yang menarik, ketika memulai konfirmasi ke Bidang Kemahasiswaan dan kebetulan dulu saat peristiwa berlangsung hingga saat ini yang bersangkutan masih menjabat, ada statement awalnya yang seolah-olah mau meng-afirmasi kenyataan sesungguhnya. Katanya; “Dasar perubuhan waktu itu, satu: tidak di maintenance (Khawatir rubuh), Dua: Terjadi gempa dan ada kerusakan fisik (lantai retak). Pandangan ini memang dari kacamata awam Kang ..”. kemudian dalam email yang lain Rudi Kurniawan juga mengatakan, “Harapan saya, mudah-mudahan hal ini tidak akan menjadikan polemik masalah kembali ..”. Coba cermati pernyataan itu !.

Saat Pelaksanaan lomba KPDD-2 (2004)

————Di era tahun 90 hingga 2000-an, bahkan mungkin hingga saat ini, merupakan sebuah kebanggaan bila keberadaan sebuah perguruan tinggi  selain memiliki organisasi pencinta alam atau penggiat kegiatan alam bebas juga memiliki papan panjat (Climbing Wall). Betapa tidak, keberadaannya yang mencolok, tinggi menjulang mudah sekali menjadi perhatian orang untuk berpaling dan menengok keberadaannya. Apalagi bila ditambah dengan desain grafis artistik, bisa berupa graffiti ataupun mural yang khas merupakan  daya tarik seni tersendiri sekaligus mencerminkan jati diri kampus serta organisasi pencinta alamnya. Terlebih bagi para sponsorship. Jadi jangan heran bila ada stigma, Kampus yang memiliki papan panjat  mudah dikenal dan gampang menggaet calon mahasiswa baru, paling tidak kredibilitas kampusnya terangkat.

4

Samar-samar di belakang barudak ‘D’ terlihat penampakkan Climbing Wall itu.

————Nah, percaya tidak, Kampus biru kita ini dahulu punya Climbing Wall lho !, dan Dewadaru pernah mengadakan Event kejuaraan besar atas keberadaan Papan panjat itu. Tapi apa lacur, kejuaraan yang mestinya berkelanjutan itu terhenti.  Climbing wall nya hanya dihargai bak seonggok besi tua tak punya makna, begitu terburu-burunya di tebang habis karena alasan yang sama sekali sulit dimengerti. Unsur politis-kah?, ada niat mengkebiri organisasi, karena keterdesakkan  tunjangan hari raya (THR) semata,  atau karena salah urus manajemen Kampus hingga mengorbankan asa, semangat dan etika organisasi civitas akademiknya sendiri. ?!

.

Kompetisi Panjat Dinding Dewadaru Dewadaru12 Ke Satu dan Dua
2

Duddy Hairurrizal dan Afdirawati “Ira” Sikumbang, saat memberi sambutan di pembukaan Kpdd-1

————Unit Spesialisasi di Dewadaru adalah merupakan pengelompokkan kegiatan operasional (Satuan Tugas) yang berisikan anggota-anggota Dewadaru yang memiliki minat lebih terhadap kegiatan khusus (Spesialisasi). Dewadaru sendiri hingga saat ini baru memiliki 4 (empat) Unit Spesialisasi yaitu , Susur Pantai (SP), Hutan Gunung (Hage), Rock Climbing (RC) dan Caving (Cave).  Di era 2001, dalam kepengurusan DP  XII, yang di ketuai  Andi Lio Laya (D-090-JC), ketika  Koordinator Unit Spesialisasi Rock Climbing (RC) waktu itu di komandani Tatang Bachtiar (D-091-JC), Di bulan Juni Dewadaru pernah menorehkan prestasi yang bagi kami tergolong besar dan sangat membanggakan. Betapa tidak, Dewan Pengurus saat itu serta kepanitian yang dibentuknya berani dan percaya diri mengawali nama kegiatannya dengan hitungan (Penomoran) berkelanjutan dibelakang namanya. Kompetisi Panjat Dinding Dewadaru (Kpdd)-1 yang diketuai oleh Duddy Hairurrizal (D-094-HK), sayang saya sudah berkali-kali menghubungi, tidak tersambung terus dengan sang Ketua ini untuk meminta konfirmasinya. Kepengurusan dan Panitia saat itu pasti sudah berpikir panjang apa maksud dan rencana tujuan selanjutnya dan kenapa kegiatan ini disebut ke-Satu.  Apalagi Kpdd-1 ini cakupan wilayahnya tidak hanya Kota Bandung tapi se Jawa Barat.

 

Tatang

Tatang Bachtiar

————Menurut Tatang, yang waktu itu juga menjabat Wakil ketua Panitia, awalnya karena kejuaraan ini supaya resmi, hendak dikelola secara professional dan tidak dianggap amatiran, perlu kiranya melakukan pembicaraan awal dengan organisasi induk yang menaungi spesialisasi ini yaitu Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). Kebetulan pada waktu itu Pengurus Cabang Kota Bandung memiliki agenda sedang mencari peringkat untuk urutan di tingkat nasional di kategori tingkat kesulitan putra dan putri se Jawa Barat. Maka berdasarkan pembicaraan panjang panitia dan Fpti Pengcab Kota Bandung, terjalinlah kerjasama ini.

————Federasi ini memang dikenal sering melakukan kerjasama-kerjasama dengan organisasi Pencinta Alam dan sejenisnya. Selain menjadi agenda rutin federasi nantinya, kegiatan ini juga sekaligus dijadikan ajang untuk mencari bakat-bakat baru atlet Panjat dinding untuk diorbitkan menjadi atlet nasional. Momentum inilah yang dimanfaatkan Tatang dan Ketua bersama kepanitiaan yang dibentuknya serta melihat model kompetisi yang sering dilakukan oleh Fpti selama ini berjalan dengan baik maka, menjadi percaya diri bahwa kegiatan ini dapat berlanjut dan berkesinambungan. Dan itu terbukti, seperti apa yang akan dijanjikan Fpti. Kompetisi inipun rencananya akan menjadi agenda kegiatan rutin federasi, sehingga  bantuan teknik, penjurian sampai  dengan pengelolaan peserta dibantu sepenuhnya federasi, termasuk kerjasama penyediaan trophy yang disediakan. Waktu itu Kpdd-1 sepakat memperebutkan piala Gubernur Jawabarat, Walikota Bandung dan Piala Koni Jawa Barat. Selebihnya Piala dan sertifikat dari Dewadaru sendiri.

————Sebagai pemula dikegiatan ini ada kebanggaan tersendiri, menurut Tatang lanjutnya, Fpti dan peserta mengakui Dewadaru dianggap cukup sukses mengadakan kompetisi ini, apalagi ketika itu kompetisi inipun dijadikan sebagai ajang silaturahmi sekaligus promosi. Dari segi kegiatan maupun target pesertanya juga melebihi kapasitas. Terbukti dari antusiasme pesertanya beragam  datang dari berbagai kalangan organisasi pencinta alam, baik dari kalangan Sekolah Menengah Umum, organisasi umum bahkan hingga perguruan tinggi. Tercatat ada sekitar 80 (Delapan Puluh) peserta  meramaikan kompetisi ini yang dilaksanakan dipelataran parkir kampus selama 2 (Dua) hari penuh dari tanggal 2-3 Juni 2001.

Aan

Muhammad “Aan” Isa Anshary

>>>>>>>Dari segi pengumpulan dananya pun terbilang cukup berhasil. Muhammad “Aan” Isa Anshary (D-072-WB) dibantu Afdirawati “Ira” Sikumbang (D-093-HK) cukup piawai dalam mengelola proposal dalam mendatangkan Dana segar dari para sponsorship.  Diantaranya Daktarin yang bersedia menjadi sponsor utama, memberikan sumbangan dana 60 (enam Puluh) prosen dari total anggaran panitia yang dibutuhkan, sisanya di support oleh Rokok Djarum, T-Shirt exslusif, Produk minuman Coca cola, Perlengkapan Outdoor Bivoac, bahkan beberapa institusi seperti Koni kota Bandung, Koni  Jabar, hingga Media harian Pikiran Rakyat, Tribun, TVRI  serta Gubernur dan Walikota ikut juga berpartisipasi. Tentu dengan banyaknya fihak yang membantu, kegiatan ini jadi tidak bermasalah dari segi biaya yang dibutuhkan untuk menutupi seluruh kegiatan operasional. Ketika ditanya jurus-jurus apa yang dipakai hingga berhasil menggaet sponsorship sebegitu banyak, Aan hanya merendah. Dia katakan “ trik khusus nggak ada, kebetulan saja semuanya waktu itu momentum-nya pas dengan promosi produk...”.————

————Selang 3 (Tiga) tahun kemudian, Bulan April tahun 2004, pada masa periode DP XIII (Afdirawati/Ira), karena sudah menjadi agenda rutin Fpti dan memiliki tanggung jawab melaksanakan lanjutannya. Mengekor kesuksesan Kpdd sebelumnya, Dewadaru kembali mengadakan Kpdd untuk yang kedua kalinya. Saat itu dikomandani Deni “Dombleh” Andrakila (D-100-ER). Skala dan sasarannya kali ini diperluas. Seperti Kpdd sebelumnya, Pengurus sekali lagi mendapatkan titipan dari panitia penerimaan mahasiswa baru (PMB) Kampus Amik Bandung agar kegiatan ini juga sekaligus dijadikan sarana promosi kampus, setidaknya para calon mahasiswa yang pada saat itu akan menyelesaikan SMU dikelas tiganya, terutama yang ada didaerah bisa terjaring nantinya. Berdasarkan sasaran tersebut, Kpdd-2 memperlombakan tingkat kesulitan Putera/I se Jawa dan Bali, tapi hanya untuk kelompok umur dibawah 17 tahun dengan sasaran SMU dan SMK sederajat termasuk masyarakat umum.

 

denie

Deni “Dombleh” Andrakila

————Menurut Tatang Bachtiar lagi, yang pada saat Kpdd-2 kala itu dipercaya menjabat Dana Usahanya. Masalah klasik sempat muncul, Waktu pelaksanaan sempat dimundurkan dari jadwal yang ditetapkan karena ada pos-pos dana yang belum turun, tapi “Alhamdulillah..”, lanjutnya akhirnya menjelang kompetisi akan digelar banyak sponshorship yang siap dan bergabung juga, diantaranya : Extra Joss, Coca cola, C59, Dari Gubernur Jawa Barat serta Bapak Wali kota. Koni Jawa Barat juga tak ketinggalan. Dari penerimaan uang pendaftaran juga terbilang besar dan cukup membantu. Walau belakangan sempat rada minus juga karena pada saat pelaksanaan berlangsung, masalahnya banyak pencairan dana yang disepakati baru cair setelah kegiatan usai dilaksanakan, terlebih banyak Kategori, banyak juga hadiah yang mesti disiapkan. Tetapi Kompetisi ini, dari segi pelaksanaan yang berlangsung selama 4 hari dan peserta yang ikut serta berjumlah 130 orang terlihat lebih sukses dan lebih meriah dari Kpdd sebelumnya dan tetap sesuai target.

Dibangunnya Climbing Wall

————SSebenarnya, rangkaian sukses Kpdd-1 dan 2 serta kepercayaan diri panitia pada saat itu untuk mencetuskan kompetisi ini serial dan diharapkan dapat dilanjutkan oleh para anggota Dewadaru berikutnya dimasa mendatang tak lepas dari peran sentral Climbing Wall. Pada waktu itu walaupun tidak megah tapi Dewadaru dapat berbangga telah memiliki Papan Panjat sendiri apalagi pada masa itu belum banyak organisasi sejenis kita yang berada dalam naungan perguruan tinggi memilikinya. Lembaga juga tentu dapat berbangga diri karena letaknya persis didepan kampus berdiri megah sehingga menimbulkan image tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Terutama para pengendara yang melintasi Jalan Jakarta. Kebanggaan lain pun datang dari para peserta pada saat kompetisi. Terlebih digunakannya papan panjat ini oleh Fpti dalam kompetisi tersebut ini menandakan bahwa Climbing Wall yang kita miliki tentu telah memenuhi standard kwalifikasi yang telah ditentukan. Baik untuk kelayakan sebuah sirkuit panjat dinding maupun keberadaan papan panjat itu sendiri dari segi konstruksi, Tingkat Kesulitan dan safety procedure bahkan usia pakai tentunya.

andi

Andy Lio Laya “Safaraz”

————Benar seperti apa yang diutarakana oleh Aan diatas, Momentumlah yang akhirnya membuat semua impian itu dapat terwujud. Situasi kondusif yang tengah berlangsung di lembaga Kampus serta jerih payah Dewadaru dalam membentuk kepanitian pengajuan pembuatan papan panjat yang dimotori Aan, Tatang dan rekan-rekan di Dewan Pengurus XII (Andy Lio Laya) rupanya berbuah manis dan berhasil meyakinkan lembaga. Ditahun 2001 berdirilah Climbing wall Dewadaru yang merupakan Hibah dari Kampus untuk dipergunakan sebaik-baiknya guna menunjang kegiatan Organisasi. Biaya yang digelontorkan kampus pada waktu itu sebesar Rp. 22,5 (Dua Puluh Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah). Menurut Tatang, Dana tersebut sekitar  Rp. 13,5 (Tiga Belas Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)  untuk pembangunan konstruksi,papan panjat serta poin-poin panjatnya sedangkan sisanya sebesar Rp. 9 (Sembilan Juta Rupiah) di peruntukkan untuk peralatan pemanjatan seperti tali kernmantle, sling, prusik, carabiner, sepatu panjat dan lain sebagainya sejumlah 2 (dua) Set.

Anung

Anung S. Nugraha

>>>>>Anung S. Nugraha (D-037-PB) punya cerita tersendiri mengenai pembangunan awal konstruksi papan panjat itu. Menurutnya, Pada saat pengajuan awal proposal, Dewadaru telah mengajukan beberapa alternatif kontraktor pembuat papan panjat yang sudah mumpuni, dipercaya dan memiliki kredibilitas dibidangnya. Terbukti dibeberapa Kampus mereka sudah membangun banyak Climbing Wall bahkan sampai diluar kota Bandung dan di luar pulau Jawa. Yang pertama adalah Kang Teddy Skyger, Praktisi Panjat jebolan sekolah Skyger yang juga berbisnis papan panjat, Kedua adalah Oben Bivouac, salah satu pengusaha outdoor gear dan dikenal sebagai pionir awal pembangun papan panjat di Bandung ini. Tentu proposal telah dilampirkan beberapa gambar serta data-data teknis yang bisa dijadikan acuan pengambilan keputusan. Beberapa presentasi malahan sempat diadakan di lingkungan intern kami dalam proses pembuatan dan penyusunan proposal awal.

>>>>>Tapi entah kenapa, Tiba-tiba fihak kampus menurut Anung lanjutnya, lebih memilih kontraktor yang bukan kami ajukan. Diam-diam Kampus yang dimotori Mas Bemi (Alm) telah memilih Rock Spider Sarijadi sebagai kontraktornya. Sudah tentu Dewadaru tidak bisa berbuat apa-apa, regulasi, dan dana ada difihak kampus untuk menentukannya. “Jadi Dana yang disodorkan ke Dewadaru hanya konfirmasi tembusan mas Bemi saja..” menurut Tatang, juga senada dengan Anung. Entah berapa dana aslinya untuk pembuatan dan set perlengkapan tambahannya kami sendiri tidak tahu persis, yang disampaikan, sebesar itulah dana yang dikeluarkan”, Katanya. Pada saat itu Dewadaru sebenarnya agak sedikit kecewa dengan penunjukkan itu, Terus terang bagi kami Rock Spider pada saat itu masih awam, apalagi setahu kami saat itu karyanya baru satu buah yaitu ditempat Basecamp nya itu sendiri. Rock Spider sendiri adalah komunitas Pencinta Alam di lingkungan Komplek Sarijadi Bandung yang kebetulan sama dengan tempat tinggalnya Mas Bemi. Anung sendiri (termasuk saya-Pen) tinggal di komplek tersebut. Beberapa anggotanya memang pengurus Fpti. Barangkali pertimbangan itu juga yang dijadikan Almarhum memilihnya. Tapi karena euphoria akan memiliki Wall Climbing idaman, Kami setuju saja, lagi pula kami berkeyakinan penuh Kontraktor Rock Spider tentu tidak akan main-main membangun sebuah Papan Panjat. Seluruh konstruksi, daya tahan serta kekuatannya pasti telah dipikirkan dengan sangat teliti dan professional. Membangun Climbing Wall memang membangun kredibilitas, dan kami meyakini Mas Bemi sebagai perwakilan yang dipercaya kampus tidak asal memilihnya.

Afrizal

>>>>>Bang Afrizal, salah satu pemrakarsa berdirinya Climbing Wall ini yang pada saat itu menjabat sebagai PUDIR (Pembantu Direktur) III Kemahasiswaan dibantu Mas Bemi sebagai asistennya, bercerita banyak Ketika dimintai konfirmasinya. Ketika saya tanyakan apakah dana yang dikeluarkan untuk Papan panjat itu merupakan Hibah untuk Dewadaru ?. Menurutnya sebenarnya secara langsung tidak, Secara struktural karena Dewadaru merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa, serupa dengan Resimen Mahasiswa maka Kedua Oragnisasi tertua di Kampus ini tetap berada dibawah naungan SEMA (Senat Mahasiswa). Walaupun diakuinya keduanya secara khas, operasional, merupakan organisasi Independen karena memiliki induk organisasi diluar kampus. Makanya ketika didalam rapat-rapat awal rencana pembangunan papan panjat itu, Lembaga tidak hanya mengundang perwakilan Dewadaru saja, tapi Senat juga banyak dilibatkan. Afrizal ingat betul ketika itu yang menyiapkan Dana adalah Ibu Lilis Diana (Bagian Keuangan Kampus).

>>>>>Ketika papan itu selesai, penyerahannya sendiripun diserahkan kepada Senat yang dihadiri seluruh UKM nya termasuk Dewadaru  untuk dikelola sebaik-baiknya guna menunjang kegiatan kampus. Memang pada Akhirnya Senat Mahasiswa menyerahkan sepenuhnya pengelolaan, penggunaan dan pemeliharaan ke fihak Dewadaru karena Kompetensi dibidangnya. Termasuk seluruh peralatan pendukungnya. Situasi kondusif, semua bisa bekerja sama dengan baik dan  saling membangun yang ada pada saat itu memang jadi momentum akhirnya dapat berwujud dengan baik. Dukungan paling besar justru datang dari Direktur Amik yang kala itu dijabat, Bpk. Yusuf serta pembantu-pembantu Direkturnya seperti Bpk. Afrizal, Bpk Solikhin serta Alm. Mas Bemi juga tak kalah hebatnya memberikan support baik dalam pembangunan papan panjat maupun pada saat kompetisi dilaksanakan. Tidak fair bila kami juga tak menyebutkan fihak-fihak lain yang waktu itu benar-benar terlibat membantu, Tak ketinggalan juga bantuan yang tulus para mahasiswa/i yang tergabung dalam Unit-unit kegiatan Mahasiswa yang ada seperti; Senat, Resimen Mahasiswa, Himatif, Himmif serta DKM Mesjid juga turut serta membantu berdirinya papan panjat sekaligus bergabung mensukseskan Gelaran Kpdd tersebut. Rindu juga yah Ririungan seperti ini.

kompetisi

Kompetisi Panjat Dinding Dewadaru II Se-Pulau Jawa 28 April – 1 Mei 2004

————Terselenggaranya Kpdd-1 dan 2,  yang akhirnya dijadikan Dewadaru menjadi niatan awal merintis program kerja berkelanjutan. Ini merupakan sebuah jawaban awal re-aktif terima kasih kami Dewadaru dengan telah berdirinya papan panjat tersebut. Hal tersebut juga sekaligus memfungsikan salah satu perannya dalam membantu promosi Kampus yang kebetulan juga pada saat itu menjadi salah satu program titpan yang diberikan kepada kami.

.

Tiba-tiba di Tebang “Si Raja Tega”

————Di penghujung tahun 2009, ketika seharusnya suasana selepas Rhamadlon Iedul Fitri itu membawa kehangatan dan silaturahmi. Bagai petir disiang bolong, Dewadaru dikejutkan dengan berita bahwa Papan Panjat ada yang membongkar. Situasi jadi tambah memanas bahwa pembongkaran ternyata dilakukan oleh lembaga sendiri yang waktu itu katanya mengatas namakan Bagian Kemahasiswaan yang baru berganti, dijabat dan dimotori Bpk. Rudi Kurniawan beserta Asisten barunya yaitu Rachmat. Sangat cepat, rapih tak berbekas dan sungguh tergesa-gesa. Tanpa ada pemberitahuan dan konfirmasi sedikitpun. Kami sangat berterimakasih kepada Iman “Badjra” Robiansyah (D-105-LA) dengan sigapnya mengambil beberapa tindakan setelah mengetahui keterperanjatannya itu dan sadar bahwa Climbing Wall memang benar-benar nyata dan telah tiada.

Iman

Iman “Badjra” Robiansyah

————Menurutnya, ketika sore itu dia mendatangi kampus seperti sore-sore biasanya, Iman yang memang pada saat itu masih berstatus AMD (Anggota Muda Dewadaru) dan masih aktif kuliah adalah jebolan terakhir Diklatsar XIII. Ketika dia beristirahat duduk termenung didepan halaman kampus depan untuk sekedar ngopi sebelum dia mendatangi Basecamp di belakang awalnya biasa saja. Tapi menurutnya koq ada yang aneh yah dengan situasi lengang dihadapannya. Tiba-tiba benar saja, menurutnya dia benar-benar terperanjat dengan apa yang dia lihat didepan matanya. Papan Panjat lenyap! Bagai ditelan bumi seperti sebuah kerjaan ilusionist, tidak ada sisa sedikitpun, professional, rapih tak berbekas. Terang saja Iman kala itu kalang kabut, pikirannya bercampur aduk ada apa gerangan serta bagaimana dia harus menkonfirmasikan kejadian yang baru saja diliatnya ke Rekan-rekan Dewadaru lainnya. Sempat dia menanyakan ke beberapa orang yang ada disana; satpam, pegawai kampus, pedagang yang mangkal disana, jawabannya seragam. Tidak tahu dan ini urusan lembaga katanya. Makin dibuat pusing saja Iman. Tak lama kemudian lanjutnya, dia secepatnya menghubungi para senior melalui handphonenya untuk segera datang dan menindak lanjuti temuannya itu.

rahmat

Rachmat Cavalera

 

————Kesimpulan awal waktu itu, ini memang sengaja dirubuhkan. Siapa pelaku perubuhan?, jelas lembaga. Siapa orang yang paling sentral?  info mengerucut pada Pak Rudi dan Rahmat dan pertanyaan yang paling mendasar dan merasa dipermainkan, koq tidak ada pemberitahuan yah ke Dewadaru? . Beredar khabar dari Rachmat dan ini membuat berang Iman yaitu pengakuan Rachmat yang merasa telah menyampaikan pemberitahuan itu kepada Iman. Padahal waktu itu diakui Iman ia tengah mengikuti sekolah Panjat Tebing Skyger di Citatah. Yang lucunya, pengakuan ini terus dipertahankan Rudi sampai dengan saat ini kasus diangkat lagi di media sosial, bahwa surat pemberitahuan telah disampaikan kepada Iman yang saat itu tengah menjabat Ketua DP. Sehingga perubuhan menurutnya sah dan telah diketahui. Kenyataannya ini Bohong besar. Catatan saya, Waktu itu Iman masih sebagai AMD, dan tidaklah mungkin AMD menjadi Ketua DP, sedangkan Ketua DP XVII yang sebenarnya pada saat itu adalah Tommy Wijaya (D-095-WH). Iman sendiri baru menjadi Ketua di tahun 2011/2012 ketika dia diberikan tugas melanjutkan DP XVII estapet dari Kang Aditya (D-003-PRS). yang pada saat itu diberikan tugas mengambil alih dari kevacuman panjang  kepemimpinan Tommy yang telah menamatkan  kuliahnya dan pulang ke Pagar Alam, Palembang.

6

Nanang Nugraha

————Seperti ingin menguatkan keabsahannya, Rahmat kembali memiliki alasan lainnya, Menurut Iman, katanya waktu itu pembongakaran telah diketahui Oleh Nanang Nugraha (D-096-WH) yang berada ditempat pada saat papan panjat dirubuhkan. Lucunya, menurut Iman, ketika dikonfirmasi ke Nanang, Ia memang sesaat berada disana. Nanang mengakui ia sempat ditanya bahwa rangka papan panjat hendak dibongkar,  “sok we dibongkar mah ..” tapi ketika Iman menanyakan kembali kenapa Nanang tidak mencegah, bertanya atau melakukan tindakan apa-apa, Nanang yang katanya waktu itu ia tergesa-gesa hendak mudik, baru tahu dan sadar setelahnya. Ternyata dugaannya benar bahwa itu benar-benar di lenyapkan. “da sugan urangmah rek di benerkeun, di alusan deui ..”. lanjut Nanang yang kecewa juga pada saat itu. Dari Nanang kita tahu persis bahwa proses pembongkaran benar-benar cepat, tidak dibuka secara perlahan mur dan bautnya satu persatu, tetapi di potong “sadis” menggunakan las listrik.

————Rachmat memang sempat di Soft Screening oleh Dewadaru meminta penjelasan pasti tentang alasan-alasan tersebut. Karena tersudut, beberapa pengakuan sebenarnya memang terucap dan itu akan kami jadikan agenda. Kami sendiri menyadari, Rachmat walaupun sebagai eksekutor  lapangannya, kondisi jabatannya dilembaga sebagai stafnya Rudi untuk menjalankan tugas atasannya waktu itu memang jadi dilema untuk dilaksanakan seperti yang diakuinya, apalagi promosi jabatan tersebut baru dia dapatkan belum lama, sedangkan kedekatan dengan anak-anak Dewadaru sudah terjalin lama semenjak menjabat Satpam sebelumnya. Dari Rahmat lah kita mengetahui persis bahwa rangka besi papan panjat itu dijual secara loak di Jalan Bogor tak jauh dari kampus, hanya dihargai Rp. 1.500.000,- (Satu juta Lima Ratus Ribu Rupiah saja). Dan uang sebesar itu katanya untuk menutupi/dibagikan sebagai THR (Tunjangan Hari Raya) karyawan bagian Satpam, Cleaning service dan bagian umum. Menurut Iman dan anggota Dewadaru yang hadir, Rachmat sendiri meminta agar info ini minta dirahasiakan.

bogor

Jalan Bogor, Bandung. Habis sudah semuanya dijual disini.

 

————Pengakuan Rachmat tersebut juga di iyakan Kang Aditya (PRS) ketika saya meminta klarifikasi pernyataan Iman tersebut. tetapi anehnya ketika saya konfirmasi dan bertemu Rachmat kemarin untuk menanyakan kembali permasalahan tersebut pada saat itu, Justru jawabannya diplomatis. Rachmat tidak tahu menahu soal pembongkaran, tahunya sudah dibongkar, tidak pernah tahu besi itu di jual. Ketika saya konfirmasi ke Iman jawaban-jawaban Rachmat tersebut, “Wah, itu semua bohong besar Kang, mulai mengelak lagi dia..”. katanya dan Iman siap dikonfrontir guna mempertanggung jawabkan pernyataan semuanya itu.

————Akhirnya pada hari Kamis, 10 September 2009, waktu itu sekitar pukul 15.00 hingga 17.00 Wib, diselenggarakanlah pertemuan antara Dewadaru dengan Lembaga. Kondisi memang sudah memanas. Beberapa anggota Dewadaru sudah tidak bisa menjaga emosinya, Denny “Platt” Setiawan (D-036-PB) sempat menggedor-gedor ruang lembaga diatas minta klarifikasi. Di pertemuan, Kang Aditya PRS juga sempat menggebrak meja dengan jawaban plinta-plitut lembaga, walau akhirnya kang Adtya sendiri bisa meredam rencana seluruh anggota Dewadaru yang pada saat itu berencana akan mengadakan Demo besar-besaran. “Akan terlihat tidak baik buat nama baik kampus” katanya ketika saya klarifikasi persoalan rencana demo tersebut. Rapat saat itu dari Dewadaru diwakili oleh : Adtya PRS, Agus Swak Widiana, Denny Platt, Ira HK (Afdirawati), Tommy Wijaya dan Iman “Badjra”. Sedangkan dari lembaga terlihat Pak Rudi Kurniawan (WK-3) dan staffnya Rachmat, Mas Solikin WS (WK-1) dan Ibu Lilis Diana (WK-2/Bag. Keuangan).

deni

Deni “Plat” Setiawan

————Dari Dokumen Notulensi pertemuan tersebut, serta Dokumen pemberitahuan awal tentang rencana pembongkaran Wall Climbing yang didapat penulis dari Pak Rudi. (Sayangnya Dokumen ini tidak pernah sampai dan di terima Dewadaru. tidak diketahui keberadaan Aslinya yang semestinya ada stempel dan tandatangan yang berwenang. Yang penulis terima hanya soft copynya berbentuk Pdf). Surat dari WK3 (Pak Rudi) yang bernomor: STMIK/090812/12-1/WK3, bertanggal 12 Agustus 2009, yang ditujukan kepada Ketua Dewadaru perihal Pembongkaran Wall Climbing, telah disepakati atas dasar hasil rapat dengan Pimpinan dan Bagian Umum yang memutuskan untuk membongkar fasilitas kegiatan mahasiswa yaitu Wall Climbing yang ada di halaman kampus STMIK ”Amik Bandung”, dengan alasan diantaranya :

  1. Sejak  Tahun  Akademik  2005/2006  s.d.  2008/2009  (selama tiga tahun)  Dewan Kepengurusan UKM Dewadaru dan kegiatan sudah non-aktif.
  2. Tidak ada pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap Wall Climbing tersebut.
  3. Secara fisik telah terjadi kerusakan-kerusakan pada tali penyangga (bagian-bagian yang  terputus) dan  pondasi/ konstruksinya sehingga  menimbulkan kekhawatiran akan rubuh (dapat menimbulkan kecelakaan).
  4. Pelaksanaan pembongkaran direncanakan minggu ke empat bulan Agustus 2009.

————Terang saja Dewadaru, terutama yang hadir pada saat pertemuan itu dibuat berang dengan alasan-alasan Lembaga (WK3) itu. Selain surat pemberitahuannya tidak pernah kami terima, selalu berbelit-belit alasan yang dikemukakannya. Lihat saja dari salah menafsirkan ketua Dp yang sedang menjabat, sudah dikonfirmasikan ke anggota langsung katanya, malahan terakhir ketika kemarin saya coba konfirm lagi ke Rudi kenapa surat itu tidak disampaikan dengan enteng beliau menjawab “Kalaupun tidak tahu barangkali kurang koordinasi saja..”. yang menggelikan lagi pernyataan berbeda Rachmat ketika kemarin saya konfirmasi, waktu itu surat pemberitahuannya katanya sudah dia pegang, belum sempat dia berikan ke Dewadaru, Papan sudah ada yang merubuhkan, dia sendiri tidak tahu siapa yang merubuhkan apa lagi menjualnya. Pak Rudi dengan staffnya dulu dan kini saja saja berbeda. Sekali lagi ini kan menggelikan. Padahal Ketika selesai pertemuan dengan lembaga tahun 2009 waktu itu, karena penasaran dengan jawaban lembaga, kami sengaja memanggil Rachmat secara pribadi untuk dimintai pertanggung jawabannya khusus didepan Dewadaru. Tidak bisa mengelak, karena didesak terus akhirnya Rachmat mengakui banyak hal yang diluar dugaan kami. Itulah hasil dari Soft Screening diatas tadi.

wak

Kang Wak Widiana

————Tidak semua anggota Dewadaru memang senada, Agus  “Swak “ Widiana (D-011-KL) mencoba bijak, dengan perspektif yang berbeda menanggapi hal ini dan tentu ini sah saja, menurutnya, “ ..yang jelas saya ada disana bersama Kang Aditya (Prs)…nah pada intinya Dewadaru tidak setuju dengan pembongkaran itu, Dewadaru hanya mencari penjelasan yang sejelas-jelasnya dari lembaga. Jawaban yang didapat hanya menghindari dari terjadinya kecelakaan (bisi runtuh mendadak) karena pada saat itupun cuaca Bandung memang sedang hujan dan angin. Berita disana sini terjadi banyak kecelakaan runtuhnya pohon pohon besar. Kedua lembaga merasa bangunan itu sudah terlalu tua (besinya sudah berkarat). Ketiga, tidak adanya aktifitas penggunaan papan panjat tersebut itu saja. Barangkali kita bisa menyikapinya dengan bahasa yang lugas karena menurut saya walau itu digunakan oleh Dewadaru tapi kepemilikan barang itu adalah lembaga. Versi-versi yang berkembang di kalangan barudak bahwa kekuatan besi dan cor itu untuk gedung 5 tingkat saya nggak tahu dari mana alat ukurnya, intinya seperti itu. Boleh dikatakan uang hasil penjualannya pun Dewadaru tidak tahu karena mutlak milik lembaga, apakah lembaga ini akan mengganti yang baru atawa tidak saya pun tidak tahu.  Salahnya  Dewadaru tidak ada perjanjian hitam diatas putih bahwa papan panjat ini mutlak 100 persen milik Dewadaru, jadi secara hukum tetep aja kita lemah ..” . Saya sendiri kaget dengan pernyataannya ini, tapi setiap orang tentu punya pendapatnya sendiri dan ini yang menjadi bahan perenungan lainnya. Apakah Agus Swak ini benar atau malah sebaliknya, terburu-buru menyimpulkan karena kurang data, atau ada hal lain. Saya mencoba hati-hati untuk lebih jauh lagi mendalaminya. Hal ini juga perlu disampaikan dalam tulisan ini, adanya perbedaan pendapat dalam mensikapi dikalangan intern juga ada walau prosentasinya sangat sedikit.

 

index

Jajaran Lembaga Kampus

————Hasil pertemuan tersebut, dari pengakuan para peserta yang hadir dari Dewadaru sangatlah mengecewakan. Betapa tidak, posisi lembaga yang diwakili WK-3 waktu itu lebih banyak prosedural, pasang badan dengan berkali-kali meminta maaf tanpa punya solusi konkret.  Apalagi ketika diminta kembali wall climbing itu dibangun, beribu alasan muncul yang ujungnya karena kesulitan dana yang dihadapi institusi saat itu dan pokoknya itu yang harus dipahami. Kami pikir Lembaga saat itu betul-betul “parah” kalau tidak mau dibilang “chicken” dengan tindakannya. “Kunaon atuh naha pake di tuar sagala ..”, Masa tidak pernah terpikir sedikitpun sebelumnya dengan  orang-orang terhormat yang kita percayakan mengelola lembaga ini, orang-orang pendidik yang berbasis intelektual, pemikir mengambil tindakan arogan, bila nanti efeknya akan seperti ini. Seperti si “Raja Tega” yang tak pernah berpikir panjang, kurang berlatih respect kebawah, apalagi empati atas kegundahan dan emosi reaktif yang Dewadaru ungkapkan. Atau barangkali karena pengelolanya punya style seperti ini imbasnya Keberadaan Kampus yang kita cintai ini ya seperti yang kita lihat selama ini.

dit

Aditya Kusuma Zamzami

————Kang Aditya Kusuma Zamzami (D-003-PRS) sendiri terakhir mengeluarkan pernyataan pedasnya atas kekesalan dan kelambanannya terhadap lembaga yang terlalu banyak diplomasi. “..Pak Rudi Kurniawan dan Mas Bambang Eko Putranto  terlalu banyak diplomasi.. Anda tidak membawa Almamater kami kearah yang lebih baik Pak.. dan saya tau jawaban Anda.. Yayasan Widya Cakra Pinayungan tidak mendukung dan mensupport STMIK “Amik Bandung” .. Insya Allah kami alumni AMIK dan STMIK AMIK BAndung akan berkumpul di tahun ini Pak.. Kami akan lakukan sesuatu Untuk Almamater kami yang dikelola dengan cara yang salah.. Terbukti dari tahun 1983 – 2014 Kampusnya tetap menyewa.. UNIKOM yang berdiri tahun 1990 an saja sudah sedemikian luar biasanya…” . Tulisnya di media sosial kemarin.

.

Menghapus Jejak dan Gosip Likuidasi Dewadaru

————Sedari awal, ganjil dan aneh menyelimuti tindakan lembaga terhadap Dewadaru terutama dalam kasus melenyapkan papan panjat ini. Kalau mau jeli, paling sederhana menyoal timing pembongkaran yang tergesa-gesa serta surat pemberitahuan ke kami yang tidak ada (tidak sampai). Dugaan kuat seolah-olah ini memang seperti memanfaatkan kelengahan Dewadaru. Dibongkar ketika anggotanya benar-benar tidak ada. Lihat waktu pembongkarannya, dilaksanakan pada saat bulan puasa menjelang hari raya Iedul fitri. saat dimana anggota sudah pada mudik kekampungnya masing-masing. Ya sudah pasti kalau ada surat pemberitahuanpun susah mencari anggota untuk dikonfirmasi karena saat itu sudah libur iedul fitri. Jangan-jangan surat itu ada hanya rekayasa saja.

————Padahal kalau memang niat tulus ingin mengkonfirmasi masalah yang “bakal piributeun” ini, Banyak cara bisa ditempuh dan mudah saja bagi lembaga untuk menyuruh pembantu-pembantunya misal satpam atau pegawai dibawah yang selama ini lebih dekat dengan anak-anak Dewadaru. Yakin mereka akan bisa ditemui. Toh alamat serta no Hp anggota mudah didapat. Baik seniornya maupun juniornya. Bahkan beberapa anggota, alamatnya tak lebih dari satu kilometer dari kampus dan mudah dijangkau. Tidak main kucing-kucingan membongkar agar tidak ketahuan, walaupun akhirnya kecele, kepergok anggota juga saat pembongkaran berlangsung. Belum lagi pengakuan Rudi bahwa surat sudah sampai dan telah diketahui DP walau tidak ada tanggapan. Menyebutkan Nama Ketua DP yang sedang menjabat saat itu saja salah. Jelas surat itu tak pernah ada. Keliatan banget nggak gaulnya. Karena jarang silaturahmi, dan ngobrol kebawahnya terlebih singgah ke Basecamp Dewadaru. Padahal Pak Rudi ini bekas mahasiswa kampus kita, katanya aktifis juga, mestinya tahu persis dong nilai-nilai solidaritas apalagi esprit de corps dan militansi sebuah organisasi yang semasa mahasiswa dia alami, dikampus ini lagi.3

————Tarik lagi ke belakang sebelumnya, soal yang katanya ada rapat pimpinan dan bagian umum yang telah sepakat membongkar (?) dengan tiga alasan seperti yang telah disebut diatas. Apalagi rencana itu sudah lama dibahas. Saya sempat menanyakan sebenarnya siapa yang pertama kali punya ide “briliant” gila ini. Walau sulit juga menemukan inisiator ini. Menurut Rudi lembaga sekarang pimpinanya kolektif kolegial, wah kaya KPK aja. Tapi nyatanya, ketika permasalahan ini memanas lagi. Pimpinan tertingginya koq diam saja. Rudi benar-benar pasang badan dengan semuanya. Dari konstruksi permasalahannya serta agak sensitif, semestinya jauh sebelum niatan itu muncul, organisasi sebesar kampus ini punya tatakrama musyawarah terlebih dahulu. Apalagi ini menyangkut unit-unit kegiatan mahasiswa dibawahnya terlebih kepada Dewadaru yang merupakan organisasi tertua. Kalaupun ingin melangkahi dan tidak hormat ke Senat sebelumnya. Apalagi soal perubuhan climbing wall, sensitifitasnya bisa melebar dan tentu berkait dengan perjuangan para perintis dan pencetus awal dan jerih payah mereka yang membangun yang berasal dari lembaga sebelumnya. Bukannya menghargai tapi malah begitu semangatnya menghapus keberhasilan jejak-jejak perjuangan pendirinya.

1922011_1412570425660924_1179111017_n

Pelaksanaan Kpdd-1

————Afrizal sendiri sangat kecewa sekali ketika dimintai pendapatnya tentang pembongkaran ini, dia bercerita banyak bagaimana perjuangannya bersama Alm. Bemi, pimpinan lembaga, Dewadaru serta unit-unit kegiatan mahasiswa hingga bisa berdiri jadi kebanggan bersama. Beliau sendiri meminta agar tidak usah di publish statement-nya, hanya menyayangkan saja kalau alasan-alasan itu jadi penyebabnya. Padahal hal itu tidak harus terjadi, masih bisa di “dudukkan” bersama katanya sebelumnya, dan itu mudah katanya, kalau mau.

————Kalau yang dikatakan Lembaga dan menjadi salah satu alasan lain perubuhan waktu itu menyebutkan (seperti yang di emailkan ke penulis dokumentasi Pdfnya) bahwa Dewadaru mengalami kevakuman antara periode akademik 2005/2006 sampai dengan 2008/2009, Saya memastikan itu tidaklah benar. Didalam rekam jejak yang penulis miliki, Hanya antara periode 2004 Akhir  sampai dengan Rhamadhon (Bulan Oktober) 2006 saja memang diakui Dewadaru mengalami stagnasi bukan Vakum  Padahal sebelumnya di tahun 2004, beberapa kegiatan besar sempat terselenggara. Diantaranya Kpdd-2 yang berbarengan dengan Ekspedisi pendataan dan pembuatan film dokumenter Semeru. Climbing Wall yang sempat direnovasi pada tahun ini dalam rangka mempersiapkan kompetisi tersebut. Penggantian papan yang lebih baru serta membenahi rangka keseluruhan beserta pengamannya. (Video Dokumentasi nya kebetulan lengkap mengenai hal itu) Malahan sebelumnya di awal tahun yang sama kami telah selesai menyelenggarakan Diklatsar ke-12 yang menghasilkan angkatan Lawang Angin (LA) sejumlah 5 (Lima) Anggota Muda Dewadaru.

33473_162231357133710_753539_n

Diklatsar XII Lawang Angin (LA)

————Baru setelah itu memang antara awal tahun 2005 sampai dengan Oktober 2006, (Periode DP XVI, Denie Dombleh) Dewadaru benar-benar berada pada titik jenuh. Para anggota kami yang lebih banyak didominasi putra-putra daerah telah menamatkan kuliahnya pulang kekampungnya masing-masing. Terjadinya migrasi dan ditariknya beberapa anggota Dewadaru ke Bogor untuk bekerja, menjadi penyebab juga salah satu yang menjadi kevacuman itu. Padahal mereka sebagian besar adalah anggota potensial dan masih berstatus Mahasiswa. Beberapa anggota memang sibuk menyelamatkan diri ekonominya masing-masing. Ada yang mulai bekerja diperusahaan atau mencoba memulai bisnisnya. Walaupun satu dua anggota yang bertahan masih sempat menyambangi Basecamp yang kala itu memang berdebu dan selalu terkunci rapat. Tidak hanya kami sebenarnya, hampir semua unit kegiatan Mahasiswa yang ada dilingkungan kampus juga mengalami hal yang serupa. Ini barangkali imbas dari kampus juga yang secara perlahan mengalami penurunan. Jumlah mahasiswa baru (regular) yang terus berkurang tentu mengakibatkan denyut organisasi UKM nyaris terhenti. Apalagi kampuspun waktu itu sepertinya putus asa dan kurang minat menghidupkannya. Energinya mungkin lebih besar dihabiskan kepada manajemen intern yang pada periode itu memang terdengar hiruk-pikuk juga.

Krisis Anggota

KRISIS ANGGOTA | 30 Mei 2006, Bayangkan, di periode ketiga setelah pembukaan Penerimaan Anggota Dewadaru sebelumnya tidak ada yang mendaftar , Kami sempat melakukan Penerimaan “jor-joran”, agar mahasiswa/i tertarik masuk menjadi anggota Dewadaru. walaupun upaya ini tetap Nihil. Dimana pada saat itu Lembaga ?,

————Ini yang perlu dicatat Lembaga. Selama periode 2005 hingga 2009 bukti keseriusan kami berorganisasi serta pentingnya regenerasi. Lembaga seolah menutup mata betapa begitu jatuh bangunnya kami dalam periode itu. Kami telah berupaya selama 4 (Empat) tahun tersebut diantara setiap tahunnya telah diselenggarakan Diklatsar sampai 3 (Tiga) kali. Dan ketiganya hasilnya Nihil. Saya ingat betul betapa frustasinya Bob (D-088-JC) yang pada saat itu tengah “onfire” menjabat Komandan Operasi diketiganya sampai-sampai mengalami putus asa atas kekosongan peminat pada saat itu. (tulisan tentang ini bisa dibaca dalam Bob Realistis) Pertanyaannya, dimana keperdulian Lembaga atau pejabat yang berwenangnya. Saya bertaruh, khususnya bagian kemahasiswaan pasti tidak pernah tahu kegagalan kita selama tiga kali tersebut. Lembaga hanya  pukul rata dianggap Kosong kegiatan. Lagi-lagi jangankan turun kebawah untuk silaturahmi melihat kondisi anak didiknya untuk berkomunikasi saja mereka enggan.

———–Terjadinya kekosongan Dewadaru pada saat itu serta tiba-tiba terbetik khabar bahwa Dewadaru akan di Likuidasi (Dibubarkan), dan tiba-tiba saya sendiri (Penulis) ditunjuk untuk menggantikan dan melanjutkan DP sebelumnya padahal ketua DP sebelumnya itu baru ditunjuk seminggu yang lalu menjadi Ketua DP XVI, punya cerita tersendiri. Seperti petikan tulisan saya yang menjadi Pendahuluan di Buku Ajuan Program Kerja yang dulu sempat saya bagikan ke pimpinan Lembaga serta hampir seluruh anggota Dewadaru untuk bahan presentasi saya nantinya. Kutipan adalah sebagai berikut :

dpxvi

07 OKTOBER 2006 | Guna membenahi menumpuknya permaslahan di Dewadaru pada saat itu, Kang Ari K’Bell (D-004-PRS) berbarengan dengan buka puasa akhirnya memutuskan untuk menunjuk saya sebagai Ketua DP XVI melanjutkan kepemimpinan sebelumnya.

“…  Yang bikin gerah juga pada saat yang sama berhembus kabar dari oknum – oknum anasir yang tidak bertanggung jawab agar diusulkan Dewadaru di likuidasi saja kalau tidak ada kegiatannya mah !. Inilah titik nadir itu barangkali, inilah puncak dari semua permasalahan  tersebut. Sangat disayangkan memang akhirnya Sdr Deni Dombleh (Mahasiswa Aktif terakhir) lengser, Kang Arie K’bell (D-004-PRS) yang memimpin rapat setelah berbuka puasa Rhamadan Oktober 2006 kemarin mengambil inisiatif atas nama forum mewakili berbagai angkatan yang hadir pada petang itu menawarkan dan melanjutkan sekaligus menunjuk penulis sebagai Ketua DP XVI. (…., saya memang akhirnya tidak punya pilihan untuk menerimanya). Anung “Anhanx” (D-037-PB) yang pada saat itu juga ditunjuk sebagai Wakil Ketua DP XVI .. …

Selepas Lebaran Oktober 2006, Diselenggarakan juga kegiatan yang tergolong meriah. Hari Ulang tahun  Dewadaru yang ke-21 (06 Nov 2006), Untuk pertama kalinya pada saat itu penyebutan D-Day diperkenalkan. Bertajuk Family Gathering (Mengikutsertakan keluarga) D-Day diselenggarakan di kampus dari mulai pagi hingga tengah malam.Lengkap  juga yang hadir pada saat itu. Lembaga, Pak Rudi,  juga sempat kami Undang. Seperti biasa mereka selalu punya alasan untuk tidak hadir di acar-acara kita.

20thn

06 November 2006 | Suasana D-Day ke 21 Dewadaru, berkali-kali lembaga tidak pernah menghadiri acara yang semestinya mereka hadiri baik sebagai ajang silaturahmi ataupun mencari solu

———–Urusan Dewadaru hendak di Likuidasi di tahun 2007, benar-benar membuat heboh di intern. Di awal periode ini, Saya sendiri sebagai ketua DP pada waktu itu mencoba menguak isu ini. Terjadinya pertemuan dengan lembaga yang pada saat itu dihadiri Bpk. Syaiful Djamil (Waktu itu Direktur), Bpk. Haryadi, Solikhin juga Rudi. Dari Dewadaru ada Yappi, Aditya, Arie Kbell, Nendi, Nuckie, Ira serta Tafri mewakili Alumni ingin menegaskan dan mempertanyakan isu tersebut serta melegalisasi DP XVI yang saat itu dipimpin oleh saya yang notabene bukan mahasiswa Aktif. Terang saja Lembaga secara diplomatis lagi-lagi membantah isue tersebut, katanya itu adalalah hanya kesalah pahaman saja, dari pertemuan ini akhirnya Dewadaru di ijinkan Ketua Dp-nya tetap jalan terus walau bukan mahasiswa aktif.  Tidak lama setelah itu masih di tahun yang sama, di Basecamp ada pertemuan besar lagi. Hampir seluruh Anggota Printis, Anggota Kehormatan serta para angkatan awal hadir guna membahas Buku Program Kerja DP XVI yang sebelumnya sempat dibagikan. Saya sendiri mengundang Lembaga. Lagi-lagi beliau tidak datang. Sebenarnya banyak hal-hal lainnya, bila ditulis disini

3

24 maret 2007 | Pertemuan dengan lembaga membahas isue likuidasi Dewadaru, serta legalisasi Ketua DP Non Mahasiswa Aktif, hingga membahas temu Besar Alumni.

 

———–Sudah bukan menjadi rahasia lagi di kalangan Dewadaru kalau Urusan mengundang Lembaga terutama beliau-beliau yang terhormat, selalu saja enggan menghadiri apa saja kegiatan yang Dewadaru lakukan hingga saat ini. Terutama dalam periode Bambang Eko Putranto dan Kemahasiswaannya Rudi Kurniawan ini. Beliau-beliau mestinya memberi dorongan dan semangat terutama dalam event-event tertentu yang penting paling tidak melihatkan kepeduliannya. Tapi, siap-siap saja panitia selalu menelan kekecewaan pasti bakalan tidak datang. Puncak dari segala kekesalan dan kekecewaan terhadap Lembaga dalam hal ini kepada Bpk. Direktur Bambang Eko Putranto dan Rudi adalah ketidak hadirannya ketika kita sepakat di tahun 2011 dalam penutupan Diklatsar yang ke XIII mengangkat keduanya menjadi Anggota Kehormatan (AK). Padahal undangan sudah disampaikan, acara dihadiri banyak perwakilan pencinta alam baik yang datang dari kampus maupun umum. Alasannya tidak jelas. Bahkan tidak masuk diakal. Barangkali memang tidak mau diangkat menjadi AK.

dpxvi2

14 April 2007 | Presentasi Pembahasan Ajuan program kerja DP XVI didepan para Anggota Peritis, Anggota Kehormatan dan lainnya

———–Jadi sekali lagi, Masalahnya jadi repot kalau Phobia terhadap Dewadaru, dan selalu menutup diri terus, bila banyak fakta dikemukakan diatas tapi pada periode tersebut bahwa Dewadaru tetap dianggap vakum, bahkan mereka sendiri terlibat dalam beberapa kegiatan ini kan jadi mengada-ada hanya agar halal climbing wall bisa dirubuhkan. Terlebih isu likuidasi itu seperti ada benang merahnya dengan perubuhan Climbing wall. Padahal pada waktu itu kita sedang sama berjuang menghidupkan kampus menghidupkan organisasi guna mengharumkan nama kampus di jalur yang berbeda. Ironis.

5

14 April 2007 | Suasana Presentasi Pembahasan Ajuan program kerja DP XVI didepan para Anggota Perintis, Anggota Kehormatan dan angkatan lainnya, berlangsung seru, full debat dan argumentasi, tapi penuh kehangatan dan ceria

 

Mengukur Kekuatan Climbing Wall sekaligus mengukur Kekuatan alasan Lembaga

———–Dibagian awal tulisan ini, yang perlu dicermati adalah afirmasi pertama Pak Rudi ketika saya tanyakan kenapa di bongkar Cimbing wall adalah, “ini menurut pandangan awam kang ..”. Saya sebenarnya tergelitik dengan pernyataan itu. Saya (Atau kami Dewadaru) seolah sedang digiring kepada sebuah keyakinan pembenaran atas alasan kenapa climbing wall itu boleh-boleh saja di bongkar, keyakinannya ini seolah kita dipaksa untuk mengerti karena ketidak tahuan dan kepolosan pimpinan lembaga pada saat itu. Apalagi penyebab dari alasan tersebut di munculkan bersamaan dengan ketakutan lain seperti rubuh tiba-tiba, tali penyangga putus dan pondasi retak hingga konstruksi sudah miring.wall climbing - papan panjat

———–Bagi orang awam lagi, pernyataan ini tentu bisa membuat terkesima dan cepat mengambil keputusan bahwa itu benar adanya. Tapi bagi kami, tentu ini semua pasti harus ada penjelasan ilmiahnya. Bahkan kalau boleh jujur, lembaga sekelas Kampus, intelektual serta pendidik dan pengelola manajemen sekelas Bapak Rudi beserta para pimpinan lainnya harusnya tidak gegabah dalam mengambil keputusan se-sensitif ini. Apalagi dugaan tak ilmiah itu disampaikan kepada kami Dewadaru yang paling tidak tahu banyak tentang dunianya, mainannya. Ditambah lagi alasan  lain yang hampir mirip seolah dibuat untuk pembenaran padahal hipotesanya sudah kami bantah diatas tadi.

———–Seperti yang telah dikemukakan, membangun Papan Panjat adalah membangun kredibilitas dan image pembuatnya. Profesionalisme dalam safety procedure tentu jadi  bagian didalamnya. Sungguh tidak masuk di akal ketika itu lembaga beralasan ada tali penyangga yang putus serta pondasi yang retak. Sehingga timbul kekhawatiran akan rubuh. Lalu seketika itu juga dirubuhkan. Konstruksi sebuah climbing wall tipe yang kita miliki dahulu didesign untuk bisa bertahan 15 (Lima Belas) hingga 20 (Dua Puluh) Tahun. Panel kayu yang digunakan untuk pijakan poin pemanjat yang ringan tidak begitu berpengaruh kepada beban yang diterima rangka besi. Berbeda dengan panel resin yang jadi trend sekarang ini beratnya bisa tiga atau empat kali lipat. Hal ini yang menyebabkan type ini bisa bertahan lama. Moment tumpu kekuatan sebenarnya berada pada titik pusat lebar rangka bila dilihat dari atas. Sehingga para pembangun climbing wall selalu memperhatikan lebar ini, disamping ketinggiannya. Ada rumusan pasti bila ketinggian yang akan dibangun lebar maksimalnya sudah ditentukan. Kemiringan overhang yang dimiliki setiap design bisa saja berbeda, tapi tetap center gravitasi tetap diposisi yang sama. Itupun kalau Papan panjat sering (Aktif) digunakan. Kekuatannya tentu akan terjaga justru apabila papan tidak sering dipergunakan.

———–Kedalaman Pondasi tanam memang berpengaruh pada kekuatan daya topang beban keseluruhan diatasnya. Biasanya kedalaman yang diwajibkan adalah 1 hingga 2 (Dua) meter. Ini persis seperti pondasi climbing wall yang kita miliki. Apalagi bila menggunakan sistem cakar ayam, well recommended sekali. Climbing wall bisa mempunyai kekuatan seperti gedung bertingkat lima. Sekaligus bisa menahan goncangan gempa juga angin putting beliung dibawah skala-F3. (Satuan kekuatan angin Tornado. F4 adalah satuan tertingginya). Tali penyangga (wire) yang biasanya ada di setiap konstruksi Climbing Wall sebenarnya tidak terlalu signifikan, tetapi terkadang dibentangkan hanya untuk menambah keyakinan psikologis bahwa papan panjat ini betul-betul safety dan aman bagi para pemanjat serta lingkungan sekitanrnya. Makanya tali wire hanya dipasang pada bagian belakang saja. Bila di rentangkan dimuka tentu ini akan menghambat dan mengganggu kegiatan pemanjatan. Tile wire penyangga kita semuanya berjumlah 8 (Delapan), jadi kalau tali putus satu atau dua tali, masih tidak akan berpengaruh apa-apa. Sekali lagi Cuma psikologis saja ketakutan yang muncul. Kasih tahu Dewadaru, tinggal ganti saja tali yang putus tersebut, selesai, “begitu saja kok repot…”.

14 April 2010 | Dewadaru pernah mengundang WK-3 (Bagian Kemahasiswaan), Banyak hal yang dibincangkan salah satu agenda utamanya menanyakan (Menagih) kembali perihal Climbing Wall, Jawabannya pasti sudah bisa ditebak.

———–Menyoal pemeliharaan, sebenarnya climbing wall yang kita miliki nyaris nihil, hampir tidak perlu atau dibutuhkan pemeliharaan yang rumit. Seperti tadi, kalau ada yang putus tinggal ganti, kalau ada yang berkarat, banyak cairan korosi anti karat bisa kita semprotkan sewaktu-waktu. Kalau kekuatannya ditaksir sampai dengan 15 hingga dua puluh tahun, di tahun itulah baru climbing wall harus diperhatikan walau tidak akan rubuh begitu saja. Part-part yang ada pasti life cycle used-nya sampai. Jadi kalau dibangun 2001 kemudian tahun 2009 dianggap bakal rubuh, Sudah berkarat darimana dasarnya. Jangan-jangan sekali lagi ini ini hanya ilusi yang dikarang apik. Kalaupun mau professional, sekelas lembaga tentu alasan-alasannya harus ditunjang juga oleh bukti-bukti otentik ilmiah serta didukung oleh Dokumentasi yang mumpuni. Tidak asal “ngejeplak” saja.

———–Nah, yang menjadi aneh kan di bagian ini. Bila saja lembaga tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan, mau mengadakan investigasi awal bersama atau bertanya langsung kepada kontraktor yang dahulu membangunnya, apalagi kontraktornya atas penunjukkan langsung lembaga, pasti masih ada pelaku-pelaku yang bisa diminta pertanggung jawabannya, ada banyak bahan-bahan referensi yang bisa menjadikan logis, realistis dan terukur kalaupun alasannya melulu itu yang akan dipergunakan. Jadi jangan salahkan bila ada dugaan pembongkaran ini hanya meloakkan besitua guna keperluan mendesak menutupi kekurangan THR karyawan ditingkat bawah. Faktanya, bila niatnya memang benar untuk diperbaiki, pasti climbing wall dibongkar kemudian rangka besinya disimpan mungkin di Senat atau di halaman Basecamp Dewadaru sebagai peringatan. Bukan malah cepat-cepat dijual dan dikremasi dijalan Bogor (Pusat perkulakan besi bekas di Kota Bandung), tanpa sisa sedikitpun. Seperti menghilangkan bukti bahkan sepertinya ngotot ingin menghapus jejak sejarah. Padahal kita dahulu punya climbing Wall secara fisiknya, tapi walau sederhana, itu sebenarnya sebuah Citra. Tidak banyak orang menyadarinya sekalipun sekelas lembaga.

DSC_4088

Tommy Wijaya

———–Tulisan ini mencoba untuk mengingatkan kita, terutama para generasi muda Dewadaru nantinya. Apa yang dikatakan lembaga (Pak Rudi) bahwa masalah ini jangan sampai menimbulkan polemik kembali, jadi aneh, Eksekusinya boleh saja selesai, tapi substansinya (Watak yang sebenarnya) bagi kami ini belum selesai.  sesuatu yang masih menggantung. Bahkan “hutang” ini tetap harus diselesaikan. Bagi kami ini bukan Polemik. Semuanya bisa dijelaskan koq dalam tulisan ini. Klarifikasi ini juga sengaja dihadirkan untuk merespon lambatnya niat lembaga untuk menjawab itu semua. Dari awal kasus ini bergulir, Janji untuk membangun kembali Climbing wall yang dimotori Tommy Wijaya (D-095-WH) sudah diutarakan tahun 2009. waktu itu bertepatan dengan akan diadakannya sirkuit Kpdd-3, di Tahun 2007 , pertemuan dengan lembaga kembali dibahas, 14 April 2010 Dewadaru sempat mengundang kembali Pak Rudi untuk membahasnya, semuanya tetap hanya janji. (Dalam Artikel saya yang lain : Quo vadis, bertemunya dua asa  sempat saya tulis kronologisnya). Akhirnya tulisan ini harus diturunkan juga, anggap saja ini kekesalan saya juga yang mewakili rekan-rekan Dewadaru semuanya.

———–Tulisan ini juga untuk menyadarkan kita juga terutama para pelaku civitas akademik lainnya, yang tengah berjuang di organisasinya terutama yang bernaung di lingkungan kampus. Kejadian ini bisa saja menimpa organisasi lainnya. Kesewenangan itu harus terukur dan bertanggung jawab, tidak asal “Pokoknya”. Tidak perlu perjanjian hitam diatas putih bila etika berorganisasi dikedepankan dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Kejadian ini sekaligus juga membuktikan bahwa ketidak perdulian lembaga terhadap anak-anak asuh organisasi dibawahnya, seperti lemahnya silaturahmi, koordinasi bahkan guyub antar sesama organisasi layaknya bapak asuh jadi sekat mandeknya komunikasi dua arah. Bukannya memelihara konflik, serta mengambil keuntungannya sendiri. Kalau memang tidak mau disebutkan bahwa kampus kita salah orang yang mengurusnya. Kalau semua alasan pembongkaran Climbing wall bisa kita buktikan tidak benar, seperti mengada-ada bukankah ini semua sebuah kegiatan “Wanprestasi”. dan lembaga harus membayar “Hutang” atas keteledorannya.

———–Hikmah Momentum kebersamaan Lembaga, Senat dan Unit-unit kegiatan Mahasiswa dahulu dalam mendirikan sebuah Climbing Wall serta sukses atas gelaran Kompetisi panjat Dinding bisa jadi permodelan dalam membangun kejayaan kembali Kampus kita ini. Kenapa kita enggan saat ini menciptakan Momentum-momentum itu? (BhayoSemeroe/D-012-KL/Cijerah/19Feb2014).█

.

 

 

About Yoyo Suryo Sugiharto

Luhur ilmu lain keur adigung, sugih pangarti lain keur dengki. Keur bakti diri milampah ridho Illahi. Lihat semua pos milik Yoyo Suryo Sugiharto

Tinggalkan komentar